"DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA TERHADAP PENDIDIKAN"
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada penulis
sehingga makalah, “Pengaruh Perubahan Sosial Budaya Terhadap Pendidikan” ini
dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun dan dibuat
berdasarkan materi- materi yang ada.
Dalam penyusunan tugas atau materi
ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
BAB I
PENDAHULUAN
Kehidupan itu adalah suatu yang dinamis, dengan demikian
setiap kehidupan akan senantiasa mengalami perubahan, dan pada konteks manusia,
maka manusiapun juga akan mengalami perubahan, baik ia sebagai individu maupun
masyarakat. Dan dalam
perubahan yang terjadi pada masyarakat (sebagai kumpulan dari
individu-individu) bisa terjadi dalam pola perilaku individu maupun organisasi,
perubahan dalam norma sosial, interaksi juga termasuk pendidikan.
Karena kehidupan itu dinamis, maka perubahan yang terjadi
adalah suatu fenomena yang lumrah atau normal pengaruhnya bahkan bisa menjalar
dan merambah kebagian belahan dunia lain dengan cepat dan efektif karena
didukung oleh kemajuan komunikasi yang canggih dan modern. Penemuan-penemuan baru dibidang teknologi tanpa kita sadari juga
sangat mempengaruhi perubahan sosial yang juga akan berdampak pada pendidikan.
Suatu perubahan sosial yang terjadi sekecil
apapun mungkin akan berakibat pada struktur kehidupan masyarakat yang lainnya,
isalnya pada perubahan gaya berpakaian akan menghasilkan akbibat pada ekonomi
masyarakat, karena suatu model yang tren akan senantiasa diikuti masyarakat
yang menyenangi model-model pakaian yang terbaru. Sama halnya dampak dari perubahan sosial akan berakibat pada
Pendidikan pada khususnya. Makalah berikut mencoba menggali dampak dari
perubahan sosial masyarakat terhadap Pendidikan .
1.
Bagaimana pemahamana mengenai perubahan sosial budaya ?
2.
Bagimana Pengaruh perubahan sosial budaya terhadap pendidikan ?
1.
Untuk memahami perubahan sosial budaya ?
2. Untuk
mengetahui Pengaruh perubahan sosial budaya terhadap pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
Dinamika perubahansosial budaya sekarang ini
berlangsung dengan sangat cepat. Dimulai dari sebelum masuknya era
reformasi atau di penghujung orde baru, riak itu terasa deras. Pasca jatuhnya kekuasaan orde baru, berbagai
peristiwa sosial berlangsung silih berganti dengan sangat cepat. Pucuk pimpinan
di tingkat nasional punsebelum Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono-tidak pernah
ada yang mencapai waktu maksimal dua periode. Bahkan Gus Dur dihentikan di
tengah jalan.
Di tingkat daerah-seiring otonomi daerah-dinamika yang
kencang juga terjadi secara sporadic di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Isu-isu nasional seolah-olah sedang berlomba-lomba dengan isu-isu lokal yang
seakan tak mau kalah meriahnya.
Mengamati dinamika ini, saya kira menjadi menarik untuk memprediksikan
bentuk bangsa dan Negara ini ke depan. Acuan yang digunakan adalah teori-teori
tentang perubahan sosial yang secara khsus mengamati berbagai fenomena dalam
kehidupan sosial masyarakat.
Perubahan
sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya
dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang
terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat
dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan
bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan
sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir
masyarakat; faktor
internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal
seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya
perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat
lain; perkembangan IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada
kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka
negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada
masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebiasaan.[1]
Menurut
kamus Besar Bahasa Indonesia perubahan berarti hal (keadaan) berubah;
peralihan; pertukaran. Sedangkan sosial adalah hal yang berkenaan dengna
masyarakat. Perubahan sosial adalah berubahnya struktur atau susunan sosial
(kemasyarakatan) dalam suatu masyarakat. Perunahan tersebut merupakan gejala
umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap tatanan masyarakat, perubahan itu
juga terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin
berubah dari satu keadaan kepada keadaan lain yang lebih baik. Pudjiwati
Sajagyo mengutip pendapat Hirschman yang mengatakan bahwa kebosanan manusia
adalah penyebab suatu perubahan.
Manusia
sering tidak puas dan bosan pada satu keadaan dan berusaha untuk mencari cara
atau alternatif lainnya untuk menghilangkan kebosanannya dan menemukan cara
baru yang lebih menyenangkan, mudah dan murah. Bisa kita lihat pada revolusi
teknologi transportasi yang demikian canggih hingga berakibat pada perubahan
pola mobilisasi manusia.
Ruang
lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur budaya materiil dan immateriil,
artinya setiap unsur budaya masyarakat yang bersifat materiil dan immateriil
(sprituil) juga rentan atau cendrung terhadap perubahan. Berbeda dengan apa
yang disampaikan oleh Kingsley Davis yang mengartikan perubahan sosial sebagai
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat, sehingga
akan disebut suatu perubahan sosial kalau tatanan dan fungsi dalam masyarakat
yang berubah. Sebagai contoh ketika muncul persatuan pekerja atau organisasi
buruh yang dalam masyarakat kapitalis menyebabkan perubahan hubungan antara
pekerja dengan majikan yang kemudian berimplikasi juga pada berubahnya
organisasi ekonomi atau bahkan politik (pada negara tertentu ada yang berubah
menjadi partai politik, misalnya partai buruh di Inggris).
Soerjono Soekamto dalam bukunya Sosiologi Suatu
Pengantar, mengutip pendapat Gillin dan Gillin tentang perubahan sosial sebagai
suatu variasi dari suatu cara hidup yang telah ada dan diterima dalam suatu
masyarakat, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi (susunan) penduduk, ideologi ataupun juga karena adanya
difusi maupun penemuan-penemuan teknologi terbaru dalam suatu masyarakat. Jadi
jika suatu masyarakat mengadakan atau melakukan suatu variasi atau cara lain
dari kebiasaan yang sudah ada, maka hal itu dinamakan perubahan.
Konsep
perubahan sosial adalah fenomena yang rumit, dalam arti menembus ke berbagai
tingkat kehidupan sosial. Dan jika ada suatu defenisi tentang perubahan sosial
yang mencakup seluruh aspek kehidupan sosial, maka hal itu benar saja. Karena,
pada keseluruhan aspek kehidupan yang terjadi dalam susunan sosial, sistem
sosial, dan organisasi sosial masyarakat.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa
perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi dalam
sistem sosial, yang mana termasuk didalamnya aspek kebudayaan juga nilai-nilai,
norma, kebiasaan, kepercayaan, tradisi, sikap, maupun pola tingkah laku dalam
suatu masyarakat. Atau jika kita melihat adanya perbedaan keadaan yang terjadi
sekarang dalam suatu masyarakat jika dibandingkan dengan keadaannya dahulu,
maka hal itu dapat dikatakan bahwa dalam struktur sosial masyarakat tersebut
telah berubah.
Banyak yang berpendapat bahwa kecendrungan terjadinya
suatu perubahan pada masyarakat merupakan penomena yang wajar sebagai akibat
dari pergaulan hidup, dan banyak pakar yang mengemukakan pendapat bahwa
perubahan sosial terjadi sebagai akibat adanya perubahan yang terjadi dalam
unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan dalam suatu masyarakat, seperti
perubahan ekonomi, kebudayaan dan teknologi, politik, geografis dan sebagainya,
yang pada dasarnya bermuara pada kesimpulan bahwa perubahan merupakan suatu
mata rantai kejadian yang melingkar dan tidak terputus.
Pada term norma dan perubahan sosial, maka jika norma
adalah dasar dari keteraturan kehidupan sosial, maka perubahan sosial, yakni
yang merupakan perubahan dalam struktur masyarakat, terjadi sebagai akibat dari
perubahan dalam norma-norma sosial tersebut. Sehingga ketika norma dalam suatu struktur masyarakat telah berubah
maka perubahan dalam masyarakat tersebut telah terjadi.
Pendapat
Pitirim A. Sorokin yang meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingakran
perubahan sosial, namun perubahan tetap ada dan yang paling penting adalah
lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari, dan dengan jalan
tersebut barulah dapat diperoleh suatu generalisasi tentang lingakran perubahan
sosial tersebut.
Sebelum membahas pengertian Pendidikan , perlu kita
mengetahui dahulu tentang arti pendidikan, menurut Badan PBB yang bernama
UNESCO bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia dewasa untuk
mengembangkan kemampuan anak memalui bimbingan, mendidik dan latihan untuk
peranannya di masa depan. Pendidikan
merupakan proses memberdayakan atau juga mengembangkan potensi setiap manusia,
usaha mewujudkan potensi kreatif dan tanggungjawab kehidupan termasuk tujuan
pribadinya.[2]
Adapun Pendidikan yaitu sistem pendidikan yang
dapat memberikan kemampuan kepada seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai
dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai
kepribadiannya. Pengertian
lainnya mengatakan bahwa Pendidikan merupakan pewarisan dan perkembangan
budaya manusia yang bersumber dan berpedoman pada ajaran Islam sebagai yang
termaktub dalam al-Qur’ân dan terjabar dalam Sunnah Rasul, jadi yang
dimaksudkan dengan Pendidikan adalah dalam rangka terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam Dengan demikian ciri yang
membedakan antara Pendidikan dengan pendidikan lain, yaitu adanya
penggunaan ajaran Islam sebagai pedoman dalam proses pewarisan dan pengembangan
budaya ummat manusia atau masyarakat tersebut.
Dapat dikatakan bahwa seseorang yang mendapatkan
Pendidikan harus mampu hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan
sebagaimana diharapkan oleh cita-cita Islam, dengan kata ketika seseorang yang
menerima Pendidikan maka ia menjalankan kehidupannya sesuai dengan
koridor ajaran Islam, yaitu al-Qur’ân dan Hadits. Dengan demikian pengertian Pendidikan adalah suatu sistem
pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang diperlukan seorang hamba
Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman dalam seluruh aspek kehidupan
manusia, baik yang bersifat duniawi dan terlebih ukhrawi.
Aspek sosial dalam pendidikan sangat berperan pada
pendidikan begitu pun dengan aspek budaya dalam pendidikan. Malah dapat
dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang
dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu
pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya.
Berikut akan dibahas mengenai sosial dan budaya pada pendidikan, sebagai
berikut :
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dalam
kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Dalam sosiologi, perilaku manusia
bertalian dengan nilai-nilai. Sosiologi berpandangan bahwa perilaku itu tidak
bebas, melainkan mengikuti pola yang kontinu dan diatur oleh nilai-nilai yang
ada di masyarakat. Secara garis besar ada empat sumber nilai, yaitu
norma-norma, agama, peraturan dan perundang-undangan, dan pengetahuan.
Sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada anak-anak
di sekolah. Wuradji mengatakan (1) sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu untuk
memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak kala di rumah maupun di
masyarakat dan (2) sekolah sebagai pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi
nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta
teknologi baru. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan
bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada
guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka
bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama
teman.
Pendidikan
adalah suatu bentuk dari perwujudan seni dan budaya manusia yang terus berubah
(berkembang) dan sebagai suatu alternatif yang paling rasional dan memungkinkan
untuk melakukan suatu perubahan atau perkembangan. Dan sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi
pada struktur dan fungsi dalam sistem sosial, yang mana termasuk didalamnya
adalah pendidikan, karena pendidikan ada dalam masyarakat, baik itu pendidikan
formal, informal, maupun non formal (ada istilah lain yang menyebutkan ketiga
istilah tersebut, yaitu pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah), dan
perubahan sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat sangat berpengaruh terhadap
pendidikan, dan tidak terkecuali Pendidikan.
Kebudayaan
menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran
Manan, 1989)
Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan
berisikan :
a.
norma-norma
b.
folkways yang mencakup kebiasaan, adat, dan tradisi, dan
c.
mores.
Sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan
lima komponen kebudayaan sebagai berikut :
a.
Gagasan,
b.
Ideologi,
c.
Norma,
d.
Teknologi, dan
e.
Benda.
Agar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen
lagi yaitu :
a.
Kesenian,
b.
Ilmu dan
c.
Kepandaian.
Kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu
:
a.
Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia
b.
Kebudayaan daerah
misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara
Timur dan sebagainya.
yaitu
suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada
kedua macam kebudayaan terdahulu.
Fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia adalah :
a.
Penerus keturunan dan pengasuh anak,
b.
Pengembangan kehidupan berekonomi,
c.
Transmisi budaya,
d.
Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha esa,
e.
Pengendalian sosial,
f.
Rekreasi
Perubahan kebudayaan disebabkan oleh :
a. Originasi atau penemua-penemua baru
b. Difusi atau percampuran budaya baru dengan
budaya lama
c.
Reinterpretasi atau modifikasi kebudayaan agar sesuai
dengan keadaan zaman.
Upaya
bangsa Indonesia untuk memberantas kebodohan dengan mewajibkan pendidikan dasar
sembilan tahun adalah satu upaya untuk mempersiapkan masyarakat dalam
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Seiring dengan berubahnya
kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang mampu membekali diri mereka dengan
pengetahuan dan keterampilan yang nantinya dpat digunakan atau dipraktikkan
dalam kehidupan nyata, maka perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan
orientasi pendidikan juga akan terjadi.
Jika kita melihat perubahan sosial sebagai dampak dari
berkembangnya teknologi adalah dengan sangat mudahnya mengakses internet yang
bagi masyarakat yang tidak agamis dapat digunakan untuk hal-hal yang negatif,
kita juga bisa menyaksikan banyaknya kecurangan-kecurangan, ketidak jujuran,
dan banyak perbuatan negatif yang bertentangan dengan norma agama Islam sebagai
dampak dari perubahan sosial, karenanya sangat diperlukan sistem
Pendidikan yang dapat mempersiapkan manusia (masyarakat) untuk tidak
melakukan perbuatan tersebut.
Dampak lain dari terjadinya perubahan sosial terhadap
Pendidikan adalah dengan terus dikembangkannya kurikulum yang mampu
menjawab tantangan perubahan, juga berdampak pada perubahan sistem manajemen pendidikan
yang berorientasi pada mutu (quality oriented), yaitu tuntutan akan peningkatan
kualitas pembelajaran yang berkelanjutan menuju kepada pembelajaran unggul
sehingga menghasilkan output yang berkualitas.
Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat
sangat berpengaruh pada pendidikan dan Pendidikan pada khususnya, namun
tidak semua perubahan sosial yang terjadi berdampak positif, tetapi ada juga
perubahan sosial yang menghasilkan akbit buruk bagi dunia Pendidikan , berikut
sisi positif dan negatif dari suatu perubahan sosial terhadap Pendidikan :
1.
Dampak positif
Sisi positif dari sebuah perubahan sosial bagi
Pendidikan adalah dapat meningkatnya taraf Pendidikan dalam
kehidupan masyarakat sehingga dapat menghasilkan manusia yang siap menghadapi
perubahan sosial tersebut dengan mengacu pada ajaran-ajaran Islam.[3]
2.
Dampak negatif
Sedangkan
dari sisi negatif dari suatu perubahan sosial terhadap Pendidikan adalah
ketidaksiapan Pendidikan menerima perubahan yang begitu cepat dan
drastis, artinya lembaga Pendidikan harus lebih siap dalam menghadapi
perubahan sosial yang semakin berkembang dan terus menerus berubah.
Apalagi
dengan berkembangnya teknologi yang begitu pesat yang membuat banyaknya
pengaruh budaya dari luar yang merasuk pada kehidupan dan cara hidup anak-anak
muslim. Siaran televisi dan akses internet yang sudah bisa dilakukan dimana
saja, menjadi tantangan tersendiri bagi Pendidikan untuk
mengantisipasinya, jika Pendidikan tidak siap terhadap perubahan tersebut
maka, Pendidikan akan tergusur, tetapi tidak jika para pegiat
Pendidikan senantiasa berinnovasi dan berkreasi dalam mengantisipasi
perbuhan tersebut, dengan tentunya tidak terlepas dari tuntunan ajaran Islam.
Pengaruh
perubahan sosial yang lainnya terhadap Pendidikan adalah terjadinya
transformasi pemikiran dalam Pendidikan, seiring dengan perubahan-perubahan
sosial yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga Pendidikan juga mengalami
perubahan. Hal ini terjadi karena adanya persepsi bahwa Islam sebagai
penghambat perubahan, Islam dituduh sebagai tatanan nilai yang tidak bisa
berdampingan dengan kemajuan dan sains modern. Jelas semua anggapan tersebut
salah karena ajaran Islam sangat sesuai dengan perkembangan zaman dan mendukug
perkembangan sains (sains yang value bound, bukan yang free of value), karena
pada hakekatnya perkembangan dan kemajuan sains harus sesuai dengan harkat dan
martabat manusia.
Dalam hal yang lebih kongkrit pengaruh perubahan sosial
terhadap Pendidikan adalah ketika perubahan sosial membawa kepada
perbaikan ekonomi masyarakat dan menuntut mereka untuk memenuhi kebutuhan akan
hasil teknologi seperti komputer/laptop, maka ketika seorang anak yang mendapat
tugas dari gurunya untuk membuat karya tulis sederhana yang bahannya tersedia
lewat internet, maka secara langsung dan jelas perubahan sosial.
Kita juga melihat perkembangan lembaga Pendidikan
yang berorientasi pada IPTEK sebagai hasil dari berubahnya masyarakat, sehingga
banyak visi sekolah/madrasah yang mengedepankan orientasi IPTEK, karena disisi
lain masyarakat juga menuntut lembaga pendidikan yang mengikuti perkembangan
dan mampu mempersiapkan anak mereka untuk menghadapi masa depan. Jelas, bahwa perubahan sosial yang terjadi sangat berdampak pada
Pendidikan .
Pesantren modern adalah salah satu bentuk lembaga
Pendidikan yang mencoba mengakomodasi keinginan masyarakat akan mutu
manusia yang beriman sekaligus juga berwawasan keilmuan, sehingga selain
dipelajari bahasa Arab sebagai modal utama dalam mengkaji ilmu keislaman dari
sumber yang menggunakan bahasa Arab, juga bahasa asing dunia lainnya terutama
bahasa Inggris sebagai antisipasi terhadap perubahan sosial yang mengedepankan
kemampuan individu yang komprehensif.
Bahkan banyak sekolah/madrasah yang diberi lebel “Model”
yang oleh pemerintah disiapkan untuk membentuk dan menyiapkan sumber daya
manusia yang Islami sekaligus tidak gagap teknologi dan ilmu pengetahuan.
Dalam sejarah lembaga Pendidikan juga berubah atau
berkembang menurut keadaan masyarakat, kalau pada saat Islam masuk dan
berkembang di Nusantara, Islam diajarkan melalui lembaga surau, namun ketika
masyarakat berubah, maka Islam sekarang juga diajarkan melalui pendidikan
formal (jalur sekolah).
Perubahan sosial budaya yang terjadi di lingkungan dapat
saja mempengaruhi pelaksanaan prinsip-prinsip Pendidikan di masayarakat
tersebut, karena prinsip-prinsip tersebut bisa saja tidak berjalan dengan baik
karena perubahan sosial yang terjadi, misalnya berubahnya pola pikir masyarakat
dari orientasi agama kepada orientasi dunia kerja, sehingga Pendidikan
dimasayarakat sering kali terpinggirkan, menjadi marjinal, dan tidak menjadi
pilihan pertama.
Hal tersebut juga mungkin saja dikarenakan bahwa lembaga
pendidikan yang melaksanakan Pendidikan di masayarakat tidak
mengantisipasi perubahan sosial tersebut, karena bisa saja Pendidikan
dimasayarakat mempersiapkan SDM/lulusan yang siap kerja dan siap membuka
lapangan pekerjaan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada penulis
sehingga makalah, “Pengaruh Perubahan Sosial Budaya Terhadap Pendidikan” ini
dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi- materi yang ada.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi- materi yang ada.
Dalam penyusunan tugas atau materi
ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
BAB I
PENDAHULUAN
Kehidupan itu adalah suatu yang dinamis, dengan demikian
setiap kehidupan akan senantiasa mengalami perubahan, dan pada konteks manusia,
maka manusiapun juga akan mengalami perubahan, baik ia sebagai individu maupun
masyarakat. Dan dalam
perubahan yang terjadi pada masyarakat (sebagai kumpulan dari
individu-individu) bisa terjadi dalam pola perilaku individu maupun organisasi,
perubahan dalam norma sosial, interaksi juga termasuk pendidikan.
Karena kehidupan itu dinamis, maka perubahan yang terjadi
adalah suatu fenomena yang lumrah atau normal pengaruhnya bahkan bisa menjalar
dan merambah kebagian belahan dunia lain dengan cepat dan efektif karena
didukung oleh kemajuan komunikasi yang canggih dan modern. Penemuan-penemuan baru dibidang teknologi tanpa kita sadari juga
sangat mempengaruhi perubahan sosial yang juga akan berdampak pada pendidikan.
Suatu perubahan sosial yang terjadi sekecil
apapun mungkin akan berakibat pada struktur kehidupan masyarakat yang lainnya,
isalnya pada perubahan gaya berpakaian akan menghasilkan akbibat pada ekonomi
masyarakat, karena suatu model yang tren akan senantiasa diikuti masyarakat
yang menyenangi model-model pakaian yang terbaru. Sama halnya dampak dari perubahan sosial akan berakibat pada
Pendidikan pada khususnya. Makalah berikut mencoba menggali dampak dari
perubahan sosial masyarakat terhadap Pendidikan .
1.
Bagaimana pemahamana mengenai perubahan sosial budaya ?
2.
Bagimana Pengaruh perubahan sosial budaya terhadap pendidikan ?
1.
Untuk memahami perubahan sosial budaya ?
2. Untuk
mengetahui Pengaruh perubahan sosial budaya terhadap pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
Dinamika perubahansosial budaya sekarang ini
berlangsung dengan sangat cepat. Dimulai dari sebelum masuknya era
reformasi atau di penghujung orde baru, riak itu terasa deras. Pasca jatuhnya kekuasaan orde baru, berbagai
peristiwa sosial berlangsung silih berganti dengan sangat cepat. Pucuk pimpinan
di tingkat nasional punsebelum Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono-tidak pernah
ada yang mencapai waktu maksimal dua periode. Bahkan Gus Dur dihentikan di
tengah jalan.
Di tingkat daerah-seiring otonomi daerah-dinamika yang
kencang juga terjadi secara sporadic di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Isu-isu nasional seolah-olah sedang berlomba-lomba dengan isu-isu lokal yang
seakan tak mau kalah meriahnya.
Mengamati dinamika ini, saya kira menjadi menarik untuk memprediksikan
bentuk bangsa dan Negara ini ke depan. Acuan yang digunakan adalah teori-teori
tentang perubahan sosial yang secara khsus mengamati berbagai fenomena dalam
kehidupan sosial masyarakat.
Perubahan
sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya
dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang
terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat
dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan
bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan
sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir
masyarakat; faktor
internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal
seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya
perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat
lain; perkembangan IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada
kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka
negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada
masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebiasaan.[1]
Menurut
kamus Besar Bahasa Indonesia perubahan berarti hal (keadaan) berubah;
peralihan; pertukaran. Sedangkan sosial adalah hal yang berkenaan dengna
masyarakat. Perubahan sosial adalah berubahnya struktur atau susunan sosial
(kemasyarakatan) dalam suatu masyarakat. Perunahan tersebut merupakan gejala
umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap tatanan masyarakat, perubahan itu
juga terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin
berubah dari satu keadaan kepada keadaan lain yang lebih baik. Pudjiwati
Sajagyo mengutip pendapat Hirschman yang mengatakan bahwa kebosanan manusia
adalah penyebab suatu perubahan.
Manusia
sering tidak puas dan bosan pada satu keadaan dan berusaha untuk mencari cara
atau alternatif lainnya untuk menghilangkan kebosanannya dan menemukan cara
baru yang lebih menyenangkan, mudah dan murah. Bisa kita lihat pada revolusi
teknologi transportasi yang demikian canggih hingga berakibat pada perubahan
pola mobilisasi manusia.
Ruang
lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur budaya materiil dan immateriil,
artinya setiap unsur budaya masyarakat yang bersifat materiil dan immateriil
(sprituil) juga rentan atau cendrung terhadap perubahan. Berbeda dengan apa
yang disampaikan oleh Kingsley Davis yang mengartikan perubahan sosial sebagai
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat, sehingga
akan disebut suatu perubahan sosial kalau tatanan dan fungsi dalam masyarakat
yang berubah. Sebagai contoh ketika muncul persatuan pekerja atau organisasi
buruh yang dalam masyarakat kapitalis menyebabkan perubahan hubungan antara
pekerja dengan majikan yang kemudian berimplikasi juga pada berubahnya
organisasi ekonomi atau bahkan politik (pada negara tertentu ada yang berubah
menjadi partai politik, misalnya partai buruh di Inggris).
Soerjono Soekamto dalam bukunya Sosiologi Suatu
Pengantar, mengutip pendapat Gillin dan Gillin tentang perubahan sosial sebagai
suatu variasi dari suatu cara hidup yang telah ada dan diterima dalam suatu
masyarakat, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi (susunan) penduduk, ideologi ataupun juga karena adanya
difusi maupun penemuan-penemuan teknologi terbaru dalam suatu masyarakat. Jadi
jika suatu masyarakat mengadakan atau melakukan suatu variasi atau cara lain
dari kebiasaan yang sudah ada, maka hal itu dinamakan perubahan.
Konsep
perubahan sosial adalah fenomena yang rumit, dalam arti menembus ke berbagai
tingkat kehidupan sosial. Dan jika ada suatu defenisi tentang perubahan sosial
yang mencakup seluruh aspek kehidupan sosial, maka hal itu benar saja. Karena,
pada keseluruhan aspek kehidupan yang terjadi dalam susunan sosial, sistem
sosial, dan organisasi sosial masyarakat.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa
perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi dalam
sistem sosial, yang mana termasuk didalamnya aspek kebudayaan juga nilai-nilai,
norma, kebiasaan, kepercayaan, tradisi, sikap, maupun pola tingkah laku dalam
suatu masyarakat. Atau jika kita melihat adanya perbedaan keadaan yang terjadi
sekarang dalam suatu masyarakat jika dibandingkan dengan keadaannya dahulu,
maka hal itu dapat dikatakan bahwa dalam struktur sosial masyarakat tersebut
telah berubah.
Banyak yang berpendapat bahwa kecendrungan terjadinya
suatu perubahan pada masyarakat merupakan penomena yang wajar sebagai akibat
dari pergaulan hidup, dan banyak pakar yang mengemukakan pendapat bahwa
perubahan sosial terjadi sebagai akibat adanya perubahan yang terjadi dalam
unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan dalam suatu masyarakat, seperti
perubahan ekonomi, kebudayaan dan teknologi, politik, geografis dan sebagainya,
yang pada dasarnya bermuara pada kesimpulan bahwa perubahan merupakan suatu
mata rantai kejadian yang melingkar dan tidak terputus.
Pada term norma dan perubahan sosial, maka jika norma
adalah dasar dari keteraturan kehidupan sosial, maka perubahan sosial, yakni
yang merupakan perubahan dalam struktur masyarakat, terjadi sebagai akibat dari
perubahan dalam norma-norma sosial tersebut. Sehingga ketika norma dalam suatu struktur masyarakat telah berubah
maka perubahan dalam masyarakat tersebut telah terjadi.
Pendapat
Pitirim A. Sorokin yang meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingakran
perubahan sosial, namun perubahan tetap ada dan yang paling penting adalah
lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari, dan dengan jalan
tersebut barulah dapat diperoleh suatu generalisasi tentang lingakran perubahan
sosial tersebut.
Sebelum membahas pengertian Pendidikan , perlu kita
mengetahui dahulu tentang arti pendidikan, menurut Badan PBB yang bernama
UNESCO bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia dewasa untuk
mengembangkan kemampuan anak memalui bimbingan, mendidik dan latihan untuk
peranannya di masa depan. Pendidikan
merupakan proses memberdayakan atau juga mengembangkan potensi setiap manusia,
usaha mewujudkan potensi kreatif dan tanggungjawab kehidupan termasuk tujuan
pribadinya.[2]
Adapun Pendidikan yaitu sistem pendidikan yang
dapat memberikan kemampuan kepada seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai
dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai
kepribadiannya. Pengertian
lainnya mengatakan bahwa Pendidikan merupakan pewarisan dan perkembangan
budaya manusia yang bersumber dan berpedoman pada ajaran Islam sebagai yang
termaktub dalam al-Qur’ân dan terjabar dalam Sunnah Rasul, jadi yang
dimaksudkan dengan Pendidikan adalah dalam rangka terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam Dengan demikian ciri yang
membedakan antara Pendidikan dengan pendidikan lain, yaitu adanya
penggunaan ajaran Islam sebagai pedoman dalam proses pewarisan dan pengembangan
budaya ummat manusia atau masyarakat tersebut.
Dapat dikatakan bahwa seseorang yang mendapatkan
Pendidikan harus mampu hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan
sebagaimana diharapkan oleh cita-cita Islam, dengan kata ketika seseorang yang
menerima Pendidikan maka ia menjalankan kehidupannya sesuai dengan
koridor ajaran Islam, yaitu al-Qur’ân dan Hadits. Dengan demikian pengertian Pendidikan adalah suatu sistem
pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang diperlukan seorang hamba
Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman dalam seluruh aspek kehidupan
manusia, baik yang bersifat duniawi dan terlebih ukhrawi.
Aspek sosial dalam pendidikan sangat berperan pada
pendidikan begitu pun dengan aspek budaya dalam pendidikan. Malah dapat
dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang
dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu
pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya.
Berikut akan dibahas mengenai sosial dan budaya pada pendidikan, sebagai
berikut :
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dalam
kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Dalam sosiologi, perilaku manusia
bertalian dengan nilai-nilai. Sosiologi berpandangan bahwa perilaku itu tidak
bebas, melainkan mengikuti pola yang kontinu dan diatur oleh nilai-nilai yang
ada di masyarakat. Secara garis besar ada empat sumber nilai, yaitu
norma-norma, agama, peraturan dan perundang-undangan, dan pengetahuan.
Sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada anak-anak
di sekolah. Wuradji mengatakan (1) sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu untuk
memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak kala di rumah maupun di
masyarakat dan (2) sekolah sebagai pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi
nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta
teknologi baru. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan
bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada
guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka
bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama
teman.
Pendidikan
adalah suatu bentuk dari perwujudan seni dan budaya manusia yang terus berubah
(berkembang) dan sebagai suatu alternatif yang paling rasional dan memungkinkan
untuk melakukan suatu perubahan atau perkembangan. Dan sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi
pada struktur dan fungsi dalam sistem sosial, yang mana termasuk didalamnya
adalah pendidikan, karena pendidikan ada dalam masyarakat, baik itu pendidikan
formal, informal, maupun non formal (ada istilah lain yang menyebutkan ketiga
istilah tersebut, yaitu pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah), dan
perubahan sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat sangat berpengaruh terhadap
pendidikan, dan tidak terkecuali Pendidikan.
Kebudayaan
menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran
Manan, 1989)
Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan
berisikan :
a.
norma-norma
b.
folkways yang mencakup kebiasaan, adat, dan tradisi, dan
c.
mores.
Sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan
lima komponen kebudayaan sebagai berikut :
a.
Gagasan,
b.
Ideologi,
c.
Norma,
d.
Teknologi, dan
e.
Benda.
Agar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen
lagi yaitu :
a.
Kesenian,
b.
Ilmu dan
c.
Kepandaian.
Kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu
:
a.
Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia
b.
Kebudayaan daerah
misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara
Timur dan sebagainya.
yaitu
suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada
kedua macam kebudayaan terdahulu.
Fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia adalah :
a.
Penerus keturunan dan pengasuh anak,
b.
Pengembangan kehidupan berekonomi,
c.
Transmisi budaya,
d.
Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha esa,
e.
Pengendalian sosial,
f.
Rekreasi
Perubahan kebudayaan disebabkan oleh :
a. Originasi atau penemua-penemua baru
b. Difusi atau percampuran budaya baru dengan
budaya lama
c.
Reinterpretasi atau modifikasi kebudayaan agar sesuai
dengan keadaan zaman.
Upaya
bangsa Indonesia untuk memberantas kebodohan dengan mewajibkan pendidikan dasar
sembilan tahun adalah satu upaya untuk mempersiapkan masyarakat dalam
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Seiring dengan berubahnya
kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang mampu membekali diri mereka dengan
pengetahuan dan keterampilan yang nantinya dpat digunakan atau dipraktikkan
dalam kehidupan nyata, maka perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan
orientasi pendidikan juga akan terjadi.
Jika kita melihat perubahan sosial sebagai dampak dari
berkembangnya teknologi adalah dengan sangat mudahnya mengakses internet yang
bagi masyarakat yang tidak agamis dapat digunakan untuk hal-hal yang negatif,
kita juga bisa menyaksikan banyaknya kecurangan-kecurangan, ketidak jujuran,
dan banyak perbuatan negatif yang bertentangan dengan norma agama Islam sebagai
dampak dari perubahan sosial, karenanya sangat diperlukan sistem
Pendidikan yang dapat mempersiapkan manusia (masyarakat) untuk tidak
melakukan perbuatan tersebut.
Dampak lain dari terjadinya perubahan sosial terhadap
Pendidikan adalah dengan terus dikembangkannya kurikulum yang mampu
menjawab tantangan perubahan, juga berdampak pada perubahan sistem manajemen pendidikan
yang berorientasi pada mutu (quality oriented), yaitu tuntutan akan peningkatan
kualitas pembelajaran yang berkelanjutan menuju kepada pembelajaran unggul
sehingga menghasilkan output yang berkualitas.
Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat
sangat berpengaruh pada pendidikan dan Pendidikan pada khususnya, namun
tidak semua perubahan sosial yang terjadi berdampak positif, tetapi ada juga
perubahan sosial yang menghasilkan akbit buruk bagi dunia Pendidikan , berikut
sisi positif dan negatif dari suatu perubahan sosial terhadap Pendidikan :
1.
Dampak positif
Sisi positif dari sebuah perubahan sosial bagi
Pendidikan adalah dapat meningkatnya taraf Pendidikan dalam
kehidupan masyarakat sehingga dapat menghasilkan manusia yang siap menghadapi
perubahan sosial tersebut dengan mengacu pada ajaran-ajaran Islam.[3]
2.
Dampak negatif
Sedangkan
dari sisi negatif dari suatu perubahan sosial terhadap Pendidikan adalah
ketidaksiapan Pendidikan menerima perubahan yang begitu cepat dan
drastis, artinya lembaga Pendidikan harus lebih siap dalam menghadapi
perubahan sosial yang semakin berkembang dan terus menerus berubah.
Apalagi
dengan berkembangnya teknologi yang begitu pesat yang membuat banyaknya
pengaruh budaya dari luar yang merasuk pada kehidupan dan cara hidup anak-anak
muslim. Siaran televisi dan akses internet yang sudah bisa dilakukan dimana
saja, menjadi tantangan tersendiri bagi Pendidikan untuk
mengantisipasinya, jika Pendidikan tidak siap terhadap perubahan tersebut
maka, Pendidikan akan tergusur, tetapi tidak jika para pegiat
Pendidikan senantiasa berinnovasi dan berkreasi dalam mengantisipasi
perbuhan tersebut, dengan tentunya tidak terlepas dari tuntunan ajaran Islam.
Pengaruh
perubahan sosial yang lainnya terhadap Pendidikan adalah terjadinya
transformasi pemikiran dalam Pendidikan, seiring dengan perubahan-perubahan
sosial yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga Pendidikan juga mengalami
perubahan. Hal ini terjadi karena adanya persepsi bahwa Islam sebagai
penghambat perubahan, Islam dituduh sebagai tatanan nilai yang tidak bisa
berdampingan dengan kemajuan dan sains modern. Jelas semua anggapan tersebut
salah karena ajaran Islam sangat sesuai dengan perkembangan zaman dan mendukug
perkembangan sains (sains yang value bound, bukan yang free of value), karena
pada hakekatnya perkembangan dan kemajuan sains harus sesuai dengan harkat dan
martabat manusia.
Dalam hal yang lebih kongkrit pengaruh perubahan sosial
terhadap Pendidikan adalah ketika perubahan sosial membawa kepada
perbaikan ekonomi masyarakat dan menuntut mereka untuk memenuhi kebutuhan akan
hasil teknologi seperti komputer/laptop, maka ketika seorang anak yang mendapat
tugas dari gurunya untuk membuat karya tulis sederhana yang bahannya tersedia
lewat internet, maka secara langsung dan jelas perubahan sosial.
Kita juga melihat perkembangan lembaga Pendidikan
yang berorientasi pada IPTEK sebagai hasil dari berubahnya masyarakat, sehingga
banyak visi sekolah/madrasah yang mengedepankan orientasi IPTEK, karena disisi
lain masyarakat juga menuntut lembaga pendidikan yang mengikuti perkembangan
dan mampu mempersiapkan anak mereka untuk menghadapi masa depan. Jelas, bahwa perubahan sosial yang terjadi sangat berdampak pada
Pendidikan .
Pesantren modern adalah salah satu bentuk lembaga
Pendidikan yang mencoba mengakomodasi keinginan masyarakat akan mutu
manusia yang beriman sekaligus juga berwawasan keilmuan, sehingga selain
dipelajari bahasa Arab sebagai modal utama dalam mengkaji ilmu keislaman dari
sumber yang menggunakan bahasa Arab, juga bahasa asing dunia lainnya terutama
bahasa Inggris sebagai antisipasi terhadap perubahan sosial yang mengedepankan
kemampuan individu yang komprehensif.
Bahkan banyak sekolah/madrasah yang diberi lebel “Model”
yang oleh pemerintah disiapkan untuk membentuk dan menyiapkan sumber daya
manusia yang Islami sekaligus tidak gagap teknologi dan ilmu pengetahuan.
Dalam sejarah lembaga Pendidikan juga berubah atau
berkembang menurut keadaan masyarakat, kalau pada saat Islam masuk dan
berkembang di Nusantara, Islam diajarkan melalui lembaga surau, namun ketika
masyarakat berubah, maka Islam sekarang juga diajarkan melalui pendidikan
formal (jalur sekolah).
Perubahan sosial budaya yang terjadi di lingkungan dapat
saja mempengaruhi pelaksanaan prinsip-prinsip Pendidikan di masayarakat
tersebut, karena prinsip-prinsip tersebut bisa saja tidak berjalan dengan baik
karena perubahan sosial yang terjadi, misalnya berubahnya pola pikir masyarakat
dari orientasi agama kepada orientasi dunia kerja, sehingga Pendidikan
dimasayarakat sering kali terpinggirkan, menjadi marjinal, dan tidak menjadi
pilihan pertama.
Hal tersebut juga mungkin saja dikarenakan bahwa lembaga
pendidikan yang melaksanakan Pendidikan di masayarakat tidak
mengantisipasi perubahan sosial tersebut, karena bisa saja Pendidikan
dimasayarakat mempersiapkan SDM/lulusan yang siap kerja dan siap membuka
lapangan pekerjaan.
BAB III
PENUTUP
1.
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur
sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya
merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar
manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa
kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
2.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia perubahan berarti hal
(keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. Sedangkan sosial adalah hal
yang berkenaan dengna masyarakat. Perubahan sosial adalah berubahnya struktur
atau susunan sosial (kemasyarakatan) dalam suatu masyarakat. Perunahan tersebut
merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap tatanan
masyarakat, perubahan itu juga terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar
manusia yang selalu ingin berubah dari satu keadaan kepada keadaan lain yang
lebih baik. Pudjiwati Sajagyo mengutip pendapat Hirschman yang mengatakan bahwa
kebosanan manusia adalah penyebab suatu perubahan.
3. Perubahan
sosial budaya yang terjadi di lingkungan dapat saja mempengaruhi pelaksanaan
prinsip-prinsip Pendidikan di masayarakat tersebut, karena prinsip-prinsip
tersebut bisa saja tidak berjalan dengan baik karena perubahan sosial yang
terjadi, misalnya berubahnya pola pikir masyarakat dari orientasi agama kepada
orientasi dunia kerja, sehingga Pendidikan dimasayarakat sering kali
terpinggirkan, menjadi marjinal, dan tidak menjadi pilihan pertama.
4.
Aspek sosial
dalam pendidikan sangat berperan pada pendidikan begitu pun dengan aspek budaya
dalam pendidikan. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat
membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk
kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar
mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab
sesama teman.
1.
Dunia pendidikan harus memposisikan diri
sebagai agen perubahan (agent of changes). Pemahaman monokultur harus diarahkan
pada multikultur. Harus disadari bahwa kehidupan itu majemuk dan semakin
majemuk, namun paradigma pendidikan belum berubah ke arah itu. Pendidikan di
Indonesia masih mengacu pada budaya, kehendak, keinginan tunggal. Kedua,
pendidikan harus memposisikan diri sebagai pelaku transformasi
besar-besaran.Pendidikan yang hanya diperuntukkan mencerdaskan otak harus
ditransformasikan ke dalam perspektif yang holistik yakni mencerdaskan perilaku
secara keseluruhan. Ketiga, pendidikan harus mampu mengkonstruk identitas
budaya bagi manusianya. Budaya kita adalah budaya plural.
2.
Pendidikan multikultural akan efektif jika
dalam tatakelola pendidikan tidak hanya berorientasi out put, melainkan juga
memperhatikan out come. Dengan melihat out come berarti melihat kompetensi
lulusan di tengah kehidupan masyarakatnya, baik kompetensi kognitif, afektif
maupun psikomotor. Guna mencapai outcome yang nyata dan bermanfaat bagi
masyarakat, pendidikan multikultural harus ditransformasikan melalui pendekatan
praksis. Pendidikan tidak hanya dikemas dalam tatanan wacana dan diskursus
melainkan memasuki kehidupn nyata. Untuk itu penerapan model service learning
antara peserta didik, guru dan warga sekolah perlu digalakkan. Dengan service
learning peserta didik secara nyata membangun kehidupan yang damai, terbuka
menghadapi keanekaragaman, toleransi dan demokratis.
DAFTAR PUSTKA
Arifin, H. M. , Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2003)
Berry, David, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Terj.
Paulus Wirutomo, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2003)
Tirtosudarmo, Riwanto, Dinamika Pendidikan dan Ketenagakerjaan
Pemuda di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarma Indonesia, 1994)
Wahyu, Dr. H., MS, Memahami Perubahan Sosial: Aplikasi Teknik
Pengendalian dan Analisis Lingkungan Organisasi, (Banjarmasin; Makalah
Disampaikan pada Acara Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Regional Kalimantan,
tgl. 2 s.d. 6 September 2007)
Yasmadi, Modernisasi Pesantren (Kritik Nurcholish Madjid
Terhadap Pendidikan Islam Tradisional), (Jakarta: Quantum Teaching, 2004)